Halaman

Senin, 04 Juni 2012

FF When We Meet [ONESHOOT]

Judul: When We Meet
Author: Dha Khanzaki a.k.a Shin Je Young
Genre: Romance sad
Rating: Teenage

Main cast:
~ Choi Siwon
~ Shin Min Ji (OC)
Cuap-Cuap Author: Halo.. Shin Je Young imnida… ini adalah FF pertama Author yang castnya Bang Wowon.. Biasanya sih suami Author  Si evil Kyu yang selalu jadi main castnya…hehehe *minta dihajar massa*
Mianhae kalau ada kesalahan ketik, kengawuran karakter, ataupun ada tata bahasa yang amburadul. Maklum, Author masih dalam tahap pembelajaran..
Warning: FF ini kemungkinan bikin reader ngantuk atau ngebosenin.. tapi Author harap readerdeul semua menikmati (?) cerita yang disajikan Author… #bahasa lo Thor!!!


Happy Reading..^_^


 

@@@

"Tidak ada pertemuan yang abadi"

(Sunny Quotes, dalam filim 'Cinta Pertama')

__o0o__

Langit sore itu tidak secerah biasanya. Mendung dengan awan hitam bergulung di ujung cakrawala. Angin musim semi menerbangkan daun-daun kering berwarna kecoklatan di area pemakaman itu.

Siwon belum juga beranjak dari tempatnya berdiri. Pandangannya sendu. Matanya tampak bengkak setelah seharian terus mengalirkan airmata. Yah, menangisi kepergian orang yang sangat dicintainya.

"Kenapa kau pergi tanpa berpamitan denganku?" suaranya serak. Napasnya tercekat dan dadanya terasa perih ketika kalimat itu terucap. Matanya menatap lurus pusara bertuliskan 'Shin Min Ji' di atasnya. Kini wanita itu, wanita yang sangat dicintainya dengan sepenuh hati, telah pergi menyisakan kehampaan bagi jiwanya.

Min Ji adalah separuh jiwanya. Itu benar. Dia mendadak hadir di hidupnya dan kemudian menghilang tanpa bekas bagai asap.

"Kau ingat saat pertama kita bertemu? Mungkin saat itulah aku jatuh cinta padamu.." gumam Siwon sambil menatap lekat nisan yang tidak mungkin bisa menjawab pertanyaannya. Kenangan-kenangan itu kembali berkelebat di otaknya. Memori yang tidak akan terhapus sampai bertahun-tahun ke depan bahkan sampai ia mati sekalipun. Yaitu kenangan saat ia bertemu dengan Min Ji..

*Flashback*

"Aduh, sayang banget kalau dibuang" keluh Min Ji karena kue Black Forest yang dibuatnya lebih mengenaskan dari kue semacam itu pada umumnya.
"Wow, yakin itu bisa dimakan? Kurasa tidak" ucap Park Hye Neul, teman satu kelasnya mengomentari kue hasil karya Min Ji dalam praktek PKK tadi. Min Ji mengangguk lemah.
"Araseo. Ini bahkan jauh lebih berantakan dari kota Texas yg luluh lantak karena badai Kathrina"
Hye Neul menepuk pundak Min Ji untuk menyalurkan spirit pada sahabatnya.
"Ayolah, gagal adalah kesuksesan yang tertunda. Masih ada lain hari" hiburnya.
Min Ji menghela napas berat. Iya, lain hari.. Batinnya mencelos. Bagi Min Ji, kata 'lain hari' itu bagai mimpi buruk. Selalu membuat bulu kuduknya meremang dan tubuhnya bergetar.

"Ah, akan kuberikan kue ini pada Choi Siwon! Bukankah sebentar lagi dia ulang tahun?" Min Ji dan Hye Neul menoleh ke arah belakang. Tepat ke kerumunan Kim Chae Rin dan dayang-dayangnya. Mereka memang fans setia Choi Siwon, namja yang berada di urutan no. 1 di daftar murid terpopuler di SMU Byung Moon, sekolah mereka.
"Benar juga! Kue ku juga akan kuberikan padanya ah.." celetuk Hye Neul membuat Min Ji tersentak. Bahkan sahabatnya juga sudah kecanduan Siwon? Oh, dear..


Niatnya Min Ji akan membuang kue gagalnya ke tempat pembuangan sampah yang ada di belakang sekolah. Koridor di sana sepi. Karena sebagian besar murid masih di kelasnya. Saat itu, di detik itu, duduk Siwon di lantai sambil meneguk air dari botol.
Min Ji mengerutkan kening. Sedang apa Siwon di sana? Sepertinya dia sedang istirahat sehabis olahraga. Bisa dilihat dari wajahnya yang basah oleh keringat dan baju olahraganya tampak lusuh oleh debu.
"Ehem.." Min Ji berdehem memberi isyarat bahwa dirinya ada di sana. Siwon justru kaget melihat Min Ji.
"Wae.. Waeyo!" tanyanya gugup seraya berdiri dan bertingkah sok keren.
"Mianhae, membuatmu terkejut. Aku hanya ingin lewat" Ucap Min Ji tanpa ekspresi. Siwon kaget. Kebanyakan yeoja pasti akan kelabakan dan gugup setengah mati ketika berhadapan dengannya. Tapi yeoja ini, dia malah memasang 'poker face' seperti ini.

Min Ji memang tidak ikut terjebak dalam 'Siwon fever' seperti teman-temannya yang lain. Alasannya sederhana, karena ia takut. Banyak sekali ketakutan dalam hidupnya. Termasuk takut ia akan jatuh cinta pada Siwon, oh bukan, sepertinya ia memang sudah jatuh cinta padanya.. Karena itu, untuk menutupi perasaannya, ia lebih baik acuh tak acuh pada namja tampan di hadapannya.

Siwon mengerutkan kening melihat yeoja di hadapannya melamun. Sesaat kemudian yeoja itu menggeleng dan bergerak melewati Siwon.
Sekilas Siwon melihat raut takut dan sedih di sorot mata yeoja itu. Tapi ia mencoba mengabaikannya.

Kriuukkk~

Langkah Min Ji terhenti. Sementara Siwon membatu di tempat. Min Ji menoleh dengan wajah bertanya-tanya.
"Kamu lapar ya?"
Glek! Siwon menelan ludah. Aduh, malunya! Perut sialan! Kenapa berbunyi di saat begini sih! Gerutunya dalam hati.
Siwon perlahan membalikkan badan, lalu ia tersenyum kikuk pada yeoja poker yang sedang menatapnya masih dengan pandangan datar.
"Eh, sebenernya.. Iya, aku kelaparan" aku Siwon sambil cengengesan.

Min Ji berusaha agar tidak tertawa, namun usahanya gagal. Ia tetap tertawa meski pelan dan hanya sudut bibirnya yang naik dan membentuk senyuman.

Siwon terdiam lagi. Ia dibuat takjub. Wajah tanpa ekspresinya kenapa jadi tampak menawan ketika dia tersenyum? Meskipun di wajahnya bertengger kacamata tebal dan penampilannya lebih mirip Otaku (culun), tapi di balik semua itu tepancar pesona tersendiri dan Siwon bisa melihatnya dengan jelas.

"Em, siapa namamu?"
Pertanyaan Siwon membuat senyum Min Ji terhenti. Wajah poker itu muncul kembali. Aargh, Siwon mengutuk dirinya sendiri mengapa bertanya hal memalukan begitu.
"Shin Min Ji" jawab Min Ji singkat.
"Oh, aku Choi Siwon. Kau tahu kan?"
Min Ji mengangguk singkat. Siwon melirik sekilas ke arah kue 'naas' yang dipegang Min Ji.
"Em, kue itu.." Siwon menunjuk ke arah kue Black Forest yang gagal di tangan Min Ji.
"Oh, ini. Kenapa? Jelek ya? Memang akan kubuang kok"
Min Ji hendak melangkah namun Siwon menahannya.
"Chakkaman, boleh kucoba?"

Min Ji terkejut luar biasa. Siwon, namja keren sepertinya ingin mencoba kue hancur yang bahkan dirinya sendiri ragu untuk mencobanya? Aneh tapi ajaib.
"Benar tidak apa-apa? Jika kau keracunan atau sakit perut jangan salahkan aku. Oke!" ucap Min Ji menasihati.
Siwon mengangguk. Ia mungkin gila. Tapi hati nuraninya mengatakan ia harus mencoba kue itu. Dan perutnya juga tidak bisa diajak kompromi. Ia memang belum sempat makan tadi pagi.
Min Ji menyerahkan kue ditangannya ragu-ragu.
Siwon segera meraih kue itu.
"Tunggu, biar aku belah dulu. Dan kau juga makan pake ini" Min Ji menyerahkan sendok pada Siwon. Ia mengambil kue, dan membelahnya.

Karena sudah terlalu lapar, Siwon tidak mempedulikan tampilan luarnya dan segera melahap kue itu. Min Ji menggigit jari ketika Siwon menyuapkan kue ke mulutnya.
"Gimana rasanya? Gak enak ya?" tanya Min Ji takut-takut.
Siwon sedang menikmati bagaimana rasa itu di mulutnya.
"Em.. Enak kok.." gumam Siwon. Lalu menghabiskan sepotong kue lagi.
Min Ji tidak yakin dengan ucapan Siwon, lantas mencobanya sendiri.
"Ah, benar. Tidak buruk. Untung belum kubuang"
Siwon tersenyum. Mereka akhirnya menghabiskan kue itu.
"Anu, itu di bibirmu ada sisa krim" ucap Siwon sambil menunjuk ke sudut bibir Min Ji.
"Jinjja?" Min Ji segera mengelapnya dengan punggung tangan.
"Masih ada" gumam Siwon. Ia berinisiatif mengelap sendiri krim yg masih tersisa dengan ibu jarinya.
Drrttt.. Sengatan listrik ringan menerjang pembuluh darahnya saat tangan Siwon menyentuh sudut bibirnya. Min Ji terdiam sesaat.
"Udah dulu ya. Karena tadi aku kabur dari pelajaran olahraga. Nanti ketahuan lagi" Siwon mengedipkan mata sekilas sebelum pergi. Tapi baru beberapa langkah, ia kembali menatap Min Ji.
"Lain kali, boleh kan aku mencoba kue buatanmu lagi?"
Min Ji yang masih membeku mengangguk saja. Entah sadar atau tidak dengan ucapan Siwon.

__o0o__

Sejak saat itu, Min Ji selalu memberikan kue hasil eksperimennya pada Siwon dan namja itu seolah menjadi juri yang menilai hasil karyanya itu. Dan Min Ji melakukannya secara terang-terangan. Sampai orang-orang tercengang dan menganga tiap kali Min Ji dengan entengnya meminta atau lebih terlihat seperti menyuruh Siwon agar menerima kuenya.

"Cih, dasar yeoja tak tahu diri! Dia pikir dia cantik apa! Menyebalkan sekali!" cibir Kim Chae Rin, jelas sekali yeoja cantik itu iri pada Min Ji yang bisa akrab dengan Siwon. Sementara dia yang sudah berusaha mati-matian mendekati Siwon selalu gagal.
"Hmm.. Sepertinya aku harus memberi sedikit peringatan padanya" gumam Chae Rin dengan segudang rencana licik tersusun di otaknya. Ia menyeringai pelan sebelum pergi.


"Wow, tuan Choi dapet kue dari si otaku Min Ji lagi!!" teriak Ryeowook, membuat seisi kelas menengok ke arahnya dan tergelak beberapa saat kemudian.
"Shut up!!" Siwon menjitak kepala Ryeowook sekencang yang ia bisa. Namja itu meringis kesakitan karenanya.
Siwon sebenarnya agak risih juga jika harus menjadi kelinci percobaan Min Ji. Namun entah mengapa kue pemberian Min Ji selalu membuatnya merasakan sesuatu yang aneh. Semacam perasaan senang.
Siwon membuka kotak kue yang baru diberikan Min Ji pagi tadi, dan tampaklah sebuah kue tart berlapis coklat.
Seulas senyum tipis merekah di bibirnya. "Kuenya lebih bagus dari kue yang pertama kali kumakan" gumam Siwm senang. Min Ji pasti sudah berusaha mati-matian untuk membuat kue ini.

__o0o__

"Aduh, obatku mana ya?" lirih Min Ji sambil mengaduk-aduk isi tas sekolahnya. Setelah bergelut selama 10 menit, akhirnya ia menemukan juga botol kecil berwarna coklat berisi obat yang dicarinya.
Min Ji mengeluarkan 1 pil dan segera meminumnya. Dadanya terasa lapang dan rasa sakit yang tadi sempat berdenyut di kepalanya perlahan hilang. Yah, Min Ji memang harus meminum obat itu. Baginya, obat itu seperti penyambung tali kehidupan yang sewaktu-waktu bisa putus ataupun bahan bakar untuk tetap membuat api kehidupannya menyala.

Min Ji benci kenyataan dirinya lemah dan tidak berdaya. Hidup rasanya tidak berharga lagi. Min Ji selalu berpikir sebaiknya ia mati saja. Setidaknya ia tidak perlu merasa sakit lagi atas penyakitnya.
Tapi kini ia punya 1 alasan untuk tetap hidup. Choi Siwon, dialah alasan utama Min Ji berusaha melawan penyakitnya. Sejak bertemu namja itu untuk pertama kali, saat itu juga ia memutuskan untuk tetap bernapas. Sejak saat itu ia memutuskan bahwa hidup panjang adalah impian terbesarnya. Ya.. Ia harus sembuh. Agar ia bisa melihat Siwon setiap hari, membuatkan kue untuknya, dan melihatnya tertawa.
"aku akan membuatkan Siwon kue lagi.. Dan kali ini harus super enak!" ucap Min Ji. Tanpa di duga, Kim Chae Rin mencegatnya tepat ketika koridor yang dilaluinya sepi.
"Kamu tadi bilang apa? Membuatkan kue untuk Siwon?" tanya Chae Rin dengan nada menyindir. Matanya yang hitam menatap Min Ji dengan tatapan pembunuh. Min Ji dibuat merinding. Chae Rin mendekat, membuat Min Ji terdesak hingga punggungnya membentur tembok dan membuatnya tidak bisa kabur.
"Heh, kamu percaya diri juga merayu Choi Siwon. Tampang pas-pasan sepertimu mana cocok bersanding dengan Siwon!" gertaknya. Suaranya lebih mirip naga yang tengah menyemburkan api. Menakutkan.
Min Ji tidak mengatakan apapun. Dia juga tidak menunjukkan tanda-tanda ingin melawan. Hal ini justru membuat amarah Chae Rin meluap.
"Kenapa tidak dijawab?!" teriak Chae Rin sambil menjambak rambut Min Ji.
"Auch" Min Ji meringis pelan. Namun ia tetap saja tidak membalas.
Chae Rin menyeringai ala Madam Gothel di cerita Rapunzel. "Oh, jadi kamu menantangku?! Baiklah.." Chae Rin menyeret Min Ji pergi sambil terus menjambak rambutnya. Min Ji hanya meronta tanpa ada perlawanan. Tenaganya terlalu lemah untuk menepis jeratan tangan Chae Rin di kepalanya.

Siwon sedang berjalan pulang, tanpa sengaja ia melihat Min Ji. Tapi tunggu, kenapa ia diseret dengan paksa begitu oleh Chae Rin? Lalu kenapa juga dia menjambak rambut Min Ji, memperlakukannya seperti hewan? Dan kenapa juga Min Ji tidak berusaha melawan?
Siwon terus bertanya-tanya. Dan amarahnya mendadak memuncak. Ia harus melakukan sesuatu!

Kakinya melangkah cepat menyusul mereka. Dan begitu jaraknya dengan Chae Rin sudah dekat, Siwon segera berteriak.
"STOP!" matanya terbelalak kaget melihat keadaan Min Ji yang sudah berantakan karena perlakuan Chae Rin. Siwon menderap dengan langkah lebar. Wajahnya menampakkan aura membunuh pada Chae Rin. Otomatis gadis itu ketakutan dan akhirnya kabur sebelum Siwon benar-benar membunuhnya.

Min Ji lega luar biasa mengetahui Siwon membantunya keluar dari masalah. Ia jatuh terduduk di lantai.
"Gwaenchana?" tanya Siwon berhambur ke hadapan Min Ji, berlutut lalu membantunya berdiri. Min Ji mengangguk.
"Aku tidak apa-apa"
Siwon meneliti setiap inchi tubuh Min Ji. Takut ada yang terluka. Tapi semua baik-baik saja kecuali rambutnya yang berantakan. Siwon jadi merasa bersalah. Mendadak muncul perasaan yang mendesak dirinya untuk membalas perbuatan Chae Rin pada Min Ji.
"Tadi kenapa kau diam saja? Jika diperlakukan semena-mena begitu harusnya kamu melawan" tegur Siwon. Tangannya dengan cekatan merapikan rambut Min Ji.

Min Ji merasakan pipinya memanas. Ia sangat senang Siwon memperhatikannya.
"Bukan masalah besar. Biarkan saja"
"Memang ada masalah apa kau dengannya?"
Min Ji menatap wajah serius Siwon. Sedetik kemudian ia memalingkan wajah. Lagi-lagi rasa takut itu muncul.
"Aku hanya berpikir kalau aku ini tidak pantas ada di dekatmu" ujar Min Ji.
"Kenapa? Apa yang tidak pantas?" Siwon tidak paham.
"Diriku. Kau tidak lihat? Penampilanku lebih buruk dari bebek buruk rupa!"
Siwon tersenyum. "Hanya itu? Penampilan luar tidak penting. Semuanya bisa diubah"

Sekarang justru Min Ji yang tidak mengerti.
"Baik, akan kutunjukkan. Ikut aku!" Siwon menarik Min Ji pergi ke sebuah pusat perbelanjaan. Mereka masuk ke salah 1 butik langganan orangtua Siwon.
"Nah, di sini bebek buruk rupa akan di sihir menjadi putri yang sangat cantik" ucap Siwon sambil tersenyum. Min Ji kehabisan kata-kata. Ia terlalu kagum untuk mengutarakan isi hatinya. Gomawo.. Hanya kata itu yang terucap di hatinya.

Siwon menarik Min Ji ke hadapan cermin besar. Ia menatap Min Ji dari cermin. Min Ji tersipu karenanya. Siwon kemudian melepaskan kacamata yang dipakai Min Ji.
"Lihat, tanpa ini kau sangat cantik" puji Siwon jujur. Min Ji memang tampak berbeda tanpa kacamata.
"Sekarang coba baju sana"

Penjaga toko membantu Min Ji memilih baju. Setelah itu meminta Min Ji agar mencoba salah satunya. Pilihan Min Ji jatuh ke baju sackdress dengan bagian atas dikerut dan bagian roknya berbentuk ruffle yang indah.
Min Ji agak malu ketika menunjukkan dirinya pada Siwon. Tapi namja itu tersenyum cerah dan mengatakan dirinya cantik. Syukurlah.
"Em, kenapa kau juga ganti baju?" tanya Min Ji bingung. Baju seragam yang Siwon kenakan tadi kini berubah jadi celana jeans, kaus berwarna putih dan kemeja kotak-kotak. Siwon tidak berkata apa-apa. Masih dengan wajah cerianya dia menggandeng tangan Min Ji.
"Kita kencan hari ini. Oke"
"Mwo?" Min Ji kaget setengah mati. Namun ia tidak bisa menolaknya. Mana mungkin, ini kesempatan sekali seumur hidup.

__o0o__

Sepanjang sisa hari itu mereka bersenang-senang. Selayaknya pasangan yang berkencan. Sejenak Min Ji melupakan kenyataan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Yang dirasakannya kini hanyalah kebahagiaan yang tidak terkira. Ia merasa waktu yang terbatas bukan masalah lagi jika ia bersama Siwon.

Begitupun Siwon. Ia merasa gembira. Rasa senang yang tidak pernah dirasakannya. Setiap Min Ji ada di sampingnya, ia seperti menemukan sesuatu yang sudah lama hilang. Mungkinkah ini cinta?

"Cita-citamu apa?" tanya Siwon saat mereka istirahat di taman. Mereka kini duduk di tepian kolam air mancur.
"Aku ingin jadi Pattisier profesional" jawab Min Ji lantang. Matanya bersinar-sinar saat mengutarakannya.
"Oh, pantas kamu rajin membuat kue" Siwon baru tahu. "Yah, semoga impianmu bisa terwujud"

Min Ji tidak menjawab. Hanya tersenyum lemah. Ia seperti menahan sesuatu. Namun Siwon tidak menyadarinya.

"Boleh aku minta 1 hal?" tanya Siwon lagi. Min Ji menoleh.
"Apa?"
"Di acara ulang tahunku nanti, kau harus datang. Aku mengundangmu sebagai tamu spesial"
Eh.. Min Ji terpaku dan terharu. Siwon mengundangnya? Lalu, apa yang mesti dipikirkan lagi? Tentu harus diterima.
"Baik. Gomawo sudah mengundangku" Min Ji tersenyum. "Aku pasti akan membuatkan kue ultah yang sangat spesial untukmu.."

Siwon mengangguk senang. Ia menarik tangan Min Ji, dan..
Chu~
Min Ji lagi-lagi mematung. Tuhan, katakan ini bukan mimpi! Karena saat ini Choi Siwon, namja yang disukainya sedang menciumnya. Mengecup lembut bibirnya. Omona.
"Aku benar-benar mengharapkan kehadiranmu. Kau harus datang. Araseo" tegas Siwon sekali lagi. Wajah Min Ji memerah dan debaran jantungnya tidak terkendali lagi.
"Saranghae Min Ji.." ucap Siwon. Min Ji terkejut lagi. Siwon menyukainya? Tuhan.. Apa yang harus dilakukannya? Apa yang harus diucapkannya? Ia takut, sangat takut.. Takut ia akan membuat Siwon menyesal telah mencintainya.

__o0o__

"Selesa!" seru Min Ji senang. Akhirnya ia berhasil menghias kue ultah untuk Siwon dengan cantik. Ia juga sudah menyiapkan kado untuk Siwon. Namun, saat akan bersiap-siap, mendadak rasa sakit itu muncul lagi. Kali ini lebih sakit. Tuhan, jangan sekarang.. Batin Min Ji.
Tangannya bergerak meraih botol obat di sakunya. Namun terlambat. Kesadarannya hilang dan akhirnya Min Ji ambruk di lantai dapur rumahnya.

Hari Ulang Tahun Siwon..

Pesta itu dilaksanakan di sebuah hotel mewah. Maklum, Siwon adalah putra tunggal seorang pengusaha kaya.
Semua tamu sudah hadir. Tinggal 1 orang.. Yeoja yang paling dinantinya belum juga muncul.
"Tunggu apa? Acaranya bentar lagi mulai" ujar Ryeowook
"Min Ji.. Dia belum datang" gumam Siwon cemas. Perhatiannya berkali-kali teralih ke jam tangan. Ini sudah terlalu terlambat..

Akhirnya sampai acara selesai pun Min Ji tidak kunjung datang juga. Siwon sangat sedih dan kecewa. Min Ji mengingkari janjinya..
Siwon memandangi cincin di tangannya. Padahal hari ini dia ingin memakaikannya di jari manis Min Ji dan mengumumkan kepada seluruh tamu yang hadir bahwa Min Ji adalah calon pendamping hidupnya. Namun semuanya berantakan karena ketidakhadiran Min Ji. Dan sialnya, Siwon tidak tahu alasannya.

__o0o__

Hari-hari berikutnya, sosok Min Ji tidak terlihat lagi di sekolah. Ia sudah bertanya pada Hye Neul, namun sahabatnya pun tidak tahu. Siwon sudah lebih dari 100 kali menelpon Min Ji. Namun tidak pernah dijawab. Siwon cemas. Sangat cemas.
Kenapa? Kenapa?

Siwon sangat merindukan gadis itu. Segala tentangnya membuatnya rindu. Lalu ditengah kebingungannya, ia justru mendengar kabar buruk.
Berita yang lebih mengejutkan daripada suara halilintar di siang bolong.

Shin Min Ji meninggal dunia..

Dunia serasa runtuh di sekitarnya. Dadanya bergemuruh cepat dan airmata tidak bisa ditahan lagi olehnya. Katakan ini bohong! Siapapun katakan ini hanya mimpi! Jika benar tolong bangunkan ia dari tidurnya segera.

Namun rupanya ini kenyataan yang teramat pahit untuk dirasakannya. Ketika tiba di rumah duka, ia melihat foto Min Ji di altar yang dipenuhi bunga dan lilin.

Siwon tidak sanggup berdiri lagi. Ia terduduk di depan altar Min Ji dan menangis. Batinnya berkecamuk oleh berbagai macam emosi. Kehilangan, sedih, marah, tidak percaya, dan kalut. Semuanya berbaur menjadi 1.
"Kenapa kamu pergi Min Ji.. Mengapa..?" tanya Siwon pada foto Min Ji dengan air mata berderai. Namun tidak ada jawaban. Tentu saja. Min Ji sudah pergi.

Hye Neul pun tampak sangat terpukul. Apalagi keluarganya. Kepergian Min Ji begitu memukul hati mereka. Dan Chae Rin, ia pun menangis di hari duka itu. Ia menyesal karena sempat mengasari Min Ji. Sungguh, ia ingin minta maaf namun tidak sempat..

Kenapa bisa terjadi.. Padahal Siwon tidak melihat tanda-tanda kalau Min Ji sakit atau semacamnya. Tapi umur tidak ada yang dapat menebaknya. Di saat dirinya merayakan hari bertambahnya usia, orang lain harus menutup usianya.. Min Ji.. Kau meninggalkanku tanpa menjawab pertanyaanku..

Apa kau mencintaiku juga?

*flashback end*

"Seandainya aku sadar saat itu bahwa kau adalah sebagian hidupku, aku tidak akan menyia-nyiakan waktuku bersamamu" lirih Siwon. Airmata kembali menggenangi pelupuk matanya.
Setetes airmata jatuh, segera Siwon menghapusnya. Ia harus merelakan kepergian Min Ji.
"Istirahatlah yang tenang di sana Min Ji. Aku mendoakanmu dari sini." ucapnya dalam. Hatinya sakit. Namun ia harus tersenyum.
"Aku bahagia bisa mencintaimu.. Meski aku tidak tahu kau mencintaiku juga atau tidak"

Saat pulang, Siwon berpapasan dengan Hye Neul. Dia menyerahkan sepucuk surat dari Min Ji yang ditulis untuknya.
Siwon segera menambilnya.
Tanpa menunggu waktu, Siwon membuka surat itu dan membacanya.

_Dear Siwon_

Mungkin aku sudah tidak ada saat kamu membaca surat ini. Jujur saat aku mengenalmu, dunia baru yang bernama kebahagiaan dan harapan tercipta di depan mataku. Kamu datang dalam hidupku yang singkat dan memberiku mimpi indah.
Tapi, semua itu terbatasi oleh ketakutanku. Takut bahwa aku tidak akan bisa membalas semua kebaikan yang kamu beri. Dan aku takut membuat semua orang kecewa.
Terima kasih Choi Siwon karena kamu sudah mau mewarnai hari-hari terakhirku. Yang paling ku syukuri dari hidupku yang singkat ini adalah, aku diperkenalkan denganmu..
Dan ada 1 hal yang harus kuakui.. Aku mencintaimu.. Karena cinta inilah yang membuatku bahagia menjalani hari-hari terakhirku.. Terimakasih.. Hanya ini yang bisa ku ucapkan.

Dari yang mencintaimu,
_Shin Min Ji_

Siwon meneteskan airmata lagi. Hye Neul bisa mengerti perasaannya.
"Min Ji menderita penyakit kanker. Selama ini Min Ji menutupi penyakitnya karena takut menyusahkan orang-orang di sekitarnya.." ucap Hye Neul.
Siwon kaget.. Jadi Min Ji meninggal karena kanker?
"Min Ji selalu tampak gembira. Tapi siapa yang tahu dia menderita diam-diam" suara Hye Neul mulai serak. Dia pun menahan airmatanya.
Hal yang sama pun dirasakan Siwon. Selama mengenal Min Ji, dia selalu gembira dan tidak pernah marah. Siwon jadi ingat saat ia berharap Min Ji bisa mewujudkan mimpinya menjadi Pattisier, Min Ji hanya tersenyum. Apa saat itu dia yakin hidupnya tidak akan lama lagi?
"Min Ji ditemukan pingsan di dapur ketika sedang membuat kue untukmu. Tepat di hari ulangtahunmu.."

"Apa!" Siwon tercengang. Jadi.. Ini alasan kenapa ia tidak datang?
"Dan ketika di bawa ke rumah sakit, dokter bilang kankernya sudah stadium akhir.. Dia sempat koma beberapa hari sebelum akhirnya pergi.. Untuk selamanya" Hye Neul mulai terisak. Namun ia cepat menghapusnya.
"Kau tahu, sepertinya Min Ji menyukaimu. Kau bisa lihat kue yang dibuatnya untukmu.."

Siwon menerima kue yang di buat Min Ji untuknya. Kue ini masih bagus.
Yah.. Karena keluarganya menyimpan kue terakhir Min Ji di lemari pendingin sebelum akhirnya diserahkan pada Siwon.
Di atas kue itu, terdapat tulisan 'I Love You, my lovely namja'..
Siwon tersenyum.. Ternyata Min Ji juga mencintainya. Baguslah. Hanya tahu itu pun ia sudah sangat senang.

Kemudian Siwon membuka kado untuknya dari Min Ji. Isinya sebuah jam berbentuk kalung. Siwon melihat ada sepucuk kertas di dasar kotak hadiah itu.

_Waktu yang mempertemukan kita, dan waktu pula yang akan memisahkan kita_

Selamanya, Min Ji tetap menjadi anugerah penting dalam hidup Siwon. Meskipun pertemuan mereka begitu singkat, tapi cinta yang dirasakannya akan abadi sampai akhir hayatnya nanti.

"I'm okay Min Ji.. Aku pasti akan merindukanmu, seperti jam ini.. Tiap menit dan detiknya.. Adalah waktu yang berharga untuk mengingatmu" gumam Siwon.

_End_

1 komentar:

  1. huhuhu sedih liat siwon oppa hwaiting ne...

    thanks buat yang udah buat ini cerita jadi terharu ama ceritanya

    BalasHapus